Ringkasan Berita:
° Mantan wonderkid Borussia Dortmund, Youssoufa Moukoko, akhirnya buka suara soal keputusannya hengkang ke FC Copenhagen.
° Striker berusia 20 tahun itu mengaku sempat kehilangan arah akibat sering menyalahkan pelatih di Dortmund, hingga akhirnya menemukan kedewasaan saat masa pinjamannya di OGC Nice.
° Kini, Moukoko bertekad bangkit meski awal kariernya di Denmark tak berjalan mulus.
Jerman, LintangPos.com – Youssoufa Moukoko, nama yang dulu begitu menggema di sepak bola Jerman, kini berbicara jujur tentang perjalanan kariernya yang penuh pasang surut.
Pemain yang dijuluki “cinta pertama Dortmund” ini mengakui bahwa keputusannya pindah ke FC Copenhagen pada musim panas lalu bukan sekadar soal karier, tetapi juga tentang penyembuhan diri.
“Saya dulu terlalu sering menyalahkan pelatih setiap kali tidak dimainkan. Di Dortmund, saya kehilangan kendali atas emosi saya. Tapi di Nice, saya belajar melihat ke dalam diri sendiri terlebih dahulu,” Moukoko dikutip dari Kicker.
Dari Keajaiban 16 Tahun ke Titik Balik Emosional
Moukoko mencatat sejarah ketika debut di Bundesliga pada usia 16 tahun dan menjadi pencetak gol termuda dalam sejarah liga tersebut.
Namun, setelah masa gemilang itu, kariernya berjalan di tempat.
BACA JUGA: Dibela Legenda Jerman, Florian Wirtz Diyakini Akan Bersinar di Liverpool
Kurangnya menit bermain di bawah berbagai pelatih Dortmund membuatnya frustrasi dan kehilangan arah.
Musim panas 2025, Moukoko menolak sejumlah tawaran dari klub Jerman dan memilih langkah mengejutkan: bergabung dengan FC Copenhagen di Denmark dengan nilai transfer sekitar €4 juta.
“Lingkungan di Jerman membuat saya sulit berkembang. Saya butuh suasana baru, dan Copenhagen memberi saya kesempatan itu,” ujarnya.
Kini, Moukoko akan kembali menghadapi mantan klubnya saat Copenhagen dijadwalkan melawan Dortmund di Liga Champions pada 21 Oktober mendatang — laga yang disebutnya “emosional tapi penting untuk pembuktian diri”.
Pelajaran Hidup dari Prancis
Keputusan Moukoko untuk menerima peminjaman ke OGC Nice musim lalu ternyata menjadi titik balik penting.
BACA JUGA: 10 Pemain Pencetak 50 Gol Tercepat di Dunia
Meskipun hanya mencatat 11 penampilan dan dua gol di Ligue 1, pengalaman itu memberinya pelajaran berharga soal kedewasaan dan tanggung jawab pribadi.
“Banyak yang tak akan paham, tapi Nice adalah hal terbaik yang pernah terjadi pada saya,” ucapnya.
“Di sana, saya belajar bersabar, mengendalikan emosi, dan berhenti menyalahkan orang lain. Saya sadar, jika ingin berhasil, saya harus mulai memperbaiki diri sendiri,” tambahnya.
Awal Sulit di Denmark, Tapi Semangat Tak Padam
Meski tampil reguler di FC Copenhagen, performa Moukoko belum sepenuhnya menggembirakan. Dari 20 pertandingan di semua kompetisi, ia baru mencetak empat gol — dua di antaranya di Liga Denmark.
Catatan ini jauh dari produktivitasnya di musim terbaik bersama Dortmund (7 gol dan 3 assist di Bundesliga 2022–2023).
BACA JUGA: Jobe Bellingham Dikabarkan Tak Betah di Dortmund, Diminati Manchester United dan Crystal Palace
Namun, Moukoko menilai hal itu sebagai bagian dari proses pemulihan.
“Orang mungkin mengira saya akan langsung menghancurkan liga ini. Tapi setelah dua tahun jarang main penuh, tubuh saya perlu waktu. Bermain tiap tiga hari itu tantangan besar,” ujarnya.
Ia juga mengakui tampil buruk saat kalah dari Qarabag di Liga Champions.
“Saya tahu itu bukan level saya. Kalau bisa, saya sendiri yang akan mengganti diri saya waktu itu,” katanya dengan jujur.
Babak Baru dan Harapan Baru
Kini, Moukoko menandatangani kontrak lima tahun dengan FC Copenhagen — tanda komitmen jangka panjang untuk membangun kembali kariernya.
Dengan 19 penampilan di paruh pertama musim, ia sudah menikmati menit bermain yang jauh lebih stabil dibanding masa-masanya di Dortmund.
BACA JUGA: 4.000 Hektar HGU di Sumsel Belum Diperpanjang, Menteri ATR/BPN Nusron Wahid Siap Turun Tangan
“Saya ingin membuktikan bahwa saya masih punya potensi besar. Tapi kali ini, saya melakukannya dengan kepala dingin dan hati yang lebih kuat,” ucapnya.
Bagi Moukoko, babak di Copenhagen bukan hanya tentang gol atau statistik, tetapi tentang menemukan kembali semangat dan kedewasaan yang sempat hilang di balik sorotan besar seorang wonderkid. (*/red)
