Lubuk Linggau, LintangPos.com – Perum Bulog Cabang Lubuk Linggau kembali bergerak menyerap gabah kering panen (GKP) langsung dari petani.
Setelah resmi dibuka pada Selasa (23/9/2025) lalu, total estimasi gabah yang dibeli mencapai 29.200 kilogram.
Kepala Cabang Bulog Lubuk Linggau, Muklis Afandi, menjelaskan kebijakan ini merupakan tindak lanjut dari surat Kepala Badan Pangan Nasional Nomor: 257/TS.03.03/K/9/2025 tentang penugasan pengadaan gabah/beras semester II.
“Setelah sebelumnya sempat tertunda karena menunggu instruksi pusat, kini Bulog kembali menyerap gabah langsung dari petani. Ini menjadi langkah cepat untuk membantu mereka menjual hasil panen,” ujarnya.
Penyerapan di Enam Desa Musi Rawas
Penyerapan GKP ini dilakukan di sejumlah wilayah Kabupaten Musi Rawas, antara lain Kecamatan Megang Sakti, Desa Mataram, Desa Wonosari, Satan Indah Jaya, Sukaraya Baru, dan Purwakarya.
BACA JUGA: Motor Hasil Curas Ditemukan, Polsek Lintang Kanan Kembalikan ke Pemilik
Bulog menetapkan harga pembelian Rp6.500 per kilogram, harga yang dinilai cukup kompetitif dan memberikan kepastian pasar bagi petani.
“Harga ini menjaga agar gabah petani tidak jatuh ke harga rendah, apalagi di musim panen raya saat pasokan melimpah,” tambah Muklis.
Menjaga Stok Beras dan Ketahanan Pangan
Selain menguntungkan petani, kebijakan ini juga memastikan stok beras di wilayah Musi Rawas, Lubuklinggau, hingga Musi Rawas Utara tetap aman.
Bulog berperan sebagai penyangga harga sekaligus penjaga ketersediaan pangan, sehingga stabilitas di tingkat daerah maupun nasional lebih terjamin.
Disambut Positif Petani
BACA JUGA: Vinicius Jr Kirim Pesan ke Klub Inggris di Tengah Rumor Transfer
Para petani di Musi Rawas menyambut baik langkah Bulog ini.
Mereka menilai kehadiran Bulog sangat membantu, terutama ketika harga gabah di lapangan cenderung fluktuatif.
“Dengan adanya penyerapan ini, kami lebih bersemangat mengelola sawah dan meningkatkan produksi padi,” kata salah seorang petani di Megang Sakti.
Bulog berharap program ini bisa terus berjalan lancar, sehingga petani tetap terlindungi, produksi padi meningkat, dan ketahanan pangan daerah semakin kokoh. (*/red)