Brasil, LintangPos.com – Nama Steven Gerrard memang tak bisa dilepaskan dari era “Golden Generation” sepak bola Inggris.
Bersama nama-nama besar seperti David Beckham, Wayne Rooney, Frank Lampard, dan Paul Scholes, Gerrard dianggap sebagai salah satu ikon paling berpengaruh di lapangan hijau.
Namun, ternyata tidak semua legenda sepak bola sependapat dengan label “kelas dunia” yang melekat padanya.
Dalam buku otobiografinya yang dirilis pada tahun 2006, legenda sepak bola Brasil, Pelé, menyebut beberapa pemain Inggris yang menurutnya pantas disebut kelas dunia.
Ia memuji Gordon Banks, Jimmy Greaves, Bobby Charlton, hingga Bobby Moore dari generasi terdahulu.
Sementara dari generasi saat itu, Pelé hanya menyebut David Beckham, Wayne Rooney, dan Michael Owen sebagai pemain kelas dunia.
BACA JUGA: Bernardeschi Bantah Ronaldo Ganggu Keseimbangan Juventus
Menariknya, nama Steven Gerrard justru tak termasuk dalam daftar tersebut.
Padahal, di periode yang sama, Gerrard dikenal sebagai motor utama Liverpool—bahkan membawa klub itu menjuarai Liga Champions 2005 lewat comeback legendaris di Istanbul melawan AC Milan.
Namun pernyataan Pelé ternyata tak berhenti di situ.
Dalam wawancara berbeda di tahun yang sama bersama Sky Sports, sang legenda Brasil justru mengubah nada bicaranya.
Ia menilai Gerrard sebagai pemain yang luar biasa dan layak disebut sebagai gelandang terbaik dunia saat itu.
“Dia seorang gelandang yang bermain sangat baik. Banyak orang hanya menyebut Ronaldinho, Ronaldo, atau Messi karena mereka penyerang. Tapi Gerrard… dia pemain luar biasa,” ujar Pelé kala itu.
BACA JUGA: Angin Segar di Stamford Bridge, Enzo Maresca Sambut Kembalinya Para Pemain Kunci Chelsea
Kontradiksi dua pernyataan Pelé ini kembali ramai dibicarakan setelah Gerrard mengulas masa keemasan tim nasional Inggris di podcast milik Rio Ferdinand.
Dalam kesempatan tersebut, Gerrard secara jujur menyebut skuad Inggris di era 2000-an sebagai “egotistical losers” alias pecundang yang terlalu egois, karena gagal membawa Inggris meraih gelar besar meski dihuni banyak bintang.
“Kami terlalu sibuk dengan ego masing-masing. Banyak pemain dari klub berbeda tidak mau duduk satu meja. Saya bahkan benci masa tugas internasional, karena terlalu membosankan dan membuat saya tertekan,” kata mantan kapten Liverpool itu.
Memang, tim Inggris asuhan Sven-Göran Eriksson pada periode 2001–2006 hanya mampu mencapai perempat final Piala Dunia 2002 dan 2006, serta gagal lolos ke Euro 2008 di bawah Steve McClaren.
Meski begitu, perjalanan Gerrard di level klub jauh lebih berwarna.
Bersama Liverpool, ia meraih delapan trofi bergengsi termasuk UEFA Champions League (2005), FA Cup (2001, 2006), dan UEFA Super Cup (2001).
BACA JUGA: UEFA Pertimbangkan Larangan Israel, Ancaman Besar di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Bahkan banyak pengamat menilai Gerrard sebagai satu-satunya pemain yang mampu “menarik Liverpool sendirian” di masa-masa sulit.
Kini, dengan rekam jejak gemilang dan karier legendaris di Anfield, perdebatan tentang status “kelas dunia” Gerrard tampaknya sudah tak lagi relevan.
Mungkin, bahkan Pelé sendiri akan setuju — bahwa Steven Gerrard memang bukan sekadar pemain hebat, tapi simbol dedikasi dan loyalitas yang sulit ditandingi. (*/red)