Pentas Tayub di Ngandong: Harmoni Budaya Jawa yang Menghidupkan Semangat Desa

oleh -12 Dilihat
oleh
Tradisi Tayub di Desa Ngandong, Klaten, menjadi momentum memperkuat kebersamaan warga dan melestarikan budaya Jawa di tengah modernisasi, Kamis (19/6/2025) malam. Foto: Ist/Humas Pemkab Klaten

Ringkasan Berita:
° Dalam rangka memperingati tradisi nyadran dan bersih desa, Pemerintah Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Klaten, menggelar “Pentas Tayub Mbangun Desa Kanthi Rasa” pada Kamis (19/6/2025) malam.

° Acara tersebut dihadiri Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, beserta pejabat daerah, tokoh masyarakat, dan warga yang antusias.

° Tayub menjadi simbol pelestarian budaya Jawa sekaligus media memperkuat kebersamaan warga desa.


Jawa Tengah, LintangPos.com – Suara gamelan berpadu dengan tembang-tembang Jawa menggema di lapangan Desa Ngandong, Kecamatan Gantiwarno, Kamis (19/6/2025) malam.

Ratusan warga tumpah ruah menikmati suasana hangat dalam acara “Pentas Tayub Mbangun Desa Kanthi Rasa”, sebuah pagelaran budaya yang digelar untuk memperingati tradisi nyadran dan bersih desa.

Acara ini tak sekadar menjadi hiburan rakyat, tetapi juga simbol kebersamaan dan bentuk nyata pelestarian budaya Jawa di tengah arus modernisasi.

Turut hadir Bupati Klaten, Hamenang Wajar Ismoyo, S.I.Kom., didampingi Pj. Sekda Klaten, para asisten bupati, kepala OPD, Camat Gantiwarno, serta tokoh masyarakat dan para sesepuh desa.

“Tayub ini bukan hanya hiburan, tapi juga sarana mempererat persatuan dan menjaga gotong royong di masyarakat,” ujar Kepala Desa Ngandong, Kunto Widyatmoko, dalam sambutannya.

Ia berharap tradisi tersebut bisa terus diwariskan dari generasi ke generasi sebagai penguat jalinan sosial warga desa.

BACA JUGA: Disdikbud Pagar Alam Gelar Rembuk Adat, Perkuat Identitas Budaya Lokal

Sementara itu, Bupati Klaten Hamenang Wajar Ismoyo, yang akrab disapa Mas Hamenang, menyampaikan apresiasinya atas semangat masyarakat Ngandong dalam menjaga nilai budaya.

“Gerakan yang luwes, diiringi irama gamelan, dan tembang-tembang Tayub mengandung filosofi kehidupan yang mengajarkan keharmonisan, keseimbangan, dan nilai luhur,” tutur Mas Hamenang di hadapan warga.

Ia menegaskan bahwa pelestarian budaya bukan hanya bentuk penghormatan terhadap leluhur, melainkan juga bagian penting dari pembangunan berbasis kearifan lokal.

“Pemerintah Kabupaten Klaten akan terus mendukung kegiatan pelestarian budaya sebagai bagian dari pembangunan daerah,” tambahnya.

Malam itu, suasana Desa Ngandong terasa begitu hidup.

Para penari Tayub menampilkan gerakan anggun dan ekspresif, diiringi lantunan gamelan yang menenangkan hati.

BACA JUGA: 45 Raja Nusantara Berkumpul di Sragen, Suarakan Pelestarian Adat dan Budaya

Tua, muda, laki-laki, dan perempuan tampak larut dalam kebersamaan, membuktikan bahwa tradisi bukanlah sekadar kenangan masa lalu, melainkan napas kehidupan masyarakat Jawa yang terus berdenyut.

Pagelaran Tayub ini juga menjadi bentuk penghormatan terhadap nilai gotong royong dan rasa syukur atas hasil bumi serta kehidupan yang damai.

Dalam setiap langkah dan alunan musiknya, tersirat pesan bahwa pembangunan desa tak hanya tentang infrastruktur, tapi juga tentang menjaga harmoni sosial dan budaya yang menjadi fondasi kebahagiaan warganya.

Tradisi seperti inilah yang membuat Desa Ngandong tetap hangat dan hidup dalam nilai-nilai kebersamaan.

Di tengah arus globalisasi yang cepat, Tayub hadir sebagai pengingat: bahwa akar budaya harus tetap dijaga agar bangsa tidak kehilangan jati diri. (*/red)