Palembang, LintangPos.com – Suasana berbeda terasa di SMA Negeri Sumsel pada Kamis (25/9/2025).
Di tengah ruang kelas, para guru tidak hanya berdiskusi soal metode mengajar, tetapi juga diajak menelusuri kembali kekayaan budaya lokal: tradisi bekarang.
Inilah cara unik Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Palembang (UM Palembang) dalam menguatkan profesionalisme guru.
Kegiatan PKM bertajuk “Penguatan Profesionalisme Guru melalui Integrasi Tradisi Bekarang dalam Pembelajaran” ini dipimpin Erie Agusta, S.Pd., M.Pd., dengan melibatkan para dosen FKIP seperti Dr. Yetty Hastiana, M.Si., Dr. Bagas Rasyid Sidik, M.Pd., hingga Dr. Yuliarni, M.Pd.
Mereka hadir bersama sekolah mitra Program Profesi Guru (PPG) FKIP UM Palembang.
Menurut Erie, guru dituntut lebih dari sekadar menguasai materi ajar. “Guru harus kreatif menghadirkan pembelajaran yang dekat dengan kehidupan siswa.
BACA JUGA: Polres Empat Lawang Gelar Apel Malam dan Razia Tertib Lalu Lintas
Tradisi bekarang bisa menjadi pintu masuk untuk membangun pembelajaran yang bermakna,” ujarnya.
Tradisi bekarang—yang lekat dengan masyarakat Sumatera Selatan sebagai budaya mencari ikan bersama di rawa atau sungai—dipilih sebagai media pembelajaran kontekstual.
Nilai gotong royong, kerja sama, hingga pelestarian lingkungan yang terkandung di dalamnya diyakini dapat memperkaya pengalaman belajar siswa sekaligus memperkuat identitas budaya.
Pihak SMA Negeri Sumsel pun menyambut baik gagasan tersebut.
Kepala sekolah, Iswan Djati Kusuma, S.Pd., M.Si., menegaskan, kolaborasi dengan FKIP UM Palembang memberi manfaat langsung bagi peningkatan mutu pembelajaran.
“Kami berharap guru semakin profesional dan mampu menanamkan nilai-nilai budaya lokal pada peserta didik,” imbuhnya.
BACA JUGA: Wali Kota Lubuk Linggau Sidak Pasar Inpres, Tegas Hapus Pungli dan Siapkan Pembangunan Semi Modern
Lebih dari sekadar workshop, PKM ini juga menjadi bukti implementasi Tridharma Perguruan Tinggi. Dr. Yetty Hastiana, M.Si., selaku Ketua PPG FKIP UM Palembang, menekankan bahwa pendidikan, penelitian, dan pengabdian harus berjalan beriringan.
“Integrasi tradisi bekarang bisa dicapai dengan menjadikannya objek pembelajaran, mengaitkannya dengan kurikulum, serta mendorong guru berkolaborasi melalui PPG.
Dengan begitu, kualitas pengajaran dan profesionalisme guru akan meningkat,” jelasnya.
Kegiatan ini meneguhkan komitmen FKIP UM Palembang untuk terus berkontribusi dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya dunia pendidikan.
Dengan menjadikan budaya sebagai bagian dari pembelajaran, FKIP tidak hanya menguatkan kapasitas guru, tetapi juga menghidupkan kembali kearifan lokal yang kian berharga di tengah arus globalisasi. (*/red)