Ihagee dan Kamera SLR Pertama di Dunia

oleh -10 Dilihat
oleh
Ihagee, didirikan Johan Steenberg (1912), cetak sejarah dengan Kine Exakta (1936), SLR 35mm pertama di dunia. Inovasi Karl Nüchterlein ubah fotografi. Populer di film Hitchcock. (*/IST)

Ringkasan Berita:
° Perjalanan pionir kamera asal Belanda, Johan Steenberg, dan perusahaannya, Ihagee, dari Dresden, Jerman, dalam menciptakan sejarah fotografi, khususnya dengan kelahiran Kine Exakta pada tahun 1936, SLR 35mm pertama di dunia.

° Ihagee berperan penting dalam evolusi kamera SLR, dimulai dari ‘Roll-Paff Reflex’ (1932) hingga inovasi Karl Nüchterlein pada Exakta VP (1933) dan Kine Exakta, yang bahkan telah mematenkan sistem pengukuran TTL pada 1943.

° Momen ikonik kamera ini di film Rear Window (1954) juga diulas.


Jerman, LintangPos.com – Jauh sebelum era digital mendominasi, dunia fotografi telah menyaksikan lahirnya sebuah revolusi dari Dresden, Jerman, melalui perusahaan bernama Ihagee.

Didirikan oleh seorang Belanda, Johan Steenberg, pada tahun 1912, Ihagee bukan sekadar pembuat kamera biasa; perusahaan ini memainkan peran penting dalam kebangkitan kamera Single-Lens Reflex (SLR) modern.

Cikal bakal kejayaan Ihagee dimulai pada tahun 1932 dengan diperkenalkannya ‘Roll-Paff Reflex’, sebuah kamera SLR kotak sederhana yang menggunakan film gulung 120.

Namun, pengakuan global mulai berdatangan pada tahun 1933 berkat Exakta VP (Vest Pocket).

Kamera SLR kecil ini, dirancang oleh desainer muda brilian, Karl Nüchterlein yang saat itu baru berusia 29 tahun, menjadi sukses besar di pasar.

Kelahiran SLR 35mm Ikonik

BACA JUGA: Polres Empat Lawang Optimalkan ETLE, 295 Pelanggaran Lalu Lintas Terekam Kamera

Puncak inovasi Nüchterlein terjadi pada tahun 1936 di Pameran Musim Semi Leipzig.

Ihagee memperkenalkan Kine Exakta, yang secara resmi dinobatkan sebagai SLR 35mm pertama di dunia.

Meskipun terbilang kasar menurut standar saat ini, desainnya yang unik, berbentuk trapesium, dan sejumlah inovasi yang dibawanya menjadikannya terobosan mutakhir.

Nüchterlein adalah pelopor. Ia menggunakan aluminium untuk menghemat berat dan mengembangkan bayonet lensa pertama untuk kamera SLR.

Istilah “kine” pada namanya merujuk pada penggunaan film sinema 35mm. Fitur-fitur inovatif lainnya termasuk pelepas rana yang aneh di sisi kiri, tuas penggulung film cepat pertama di dunia (juga di sisi kiri), dan rana bidang fokus dengan kecepatan hingga 1/1000 detik, dilengkapi dengan sederet lensa yang dapat diganti.

Visi Jauh ke Depan dan Momen Hollywood

BACA JUGA: Leica M EV1 Resmi Diluncurkan: Kamera M-Series Tanpa Rangefinder Optik, Inovasi atau Pengkhianatan Tradisi?

Kepintaran Nüchterlein melampaui masanya.

Secara mengejutkan, ia telah merancang dan mematenkan versi pengukuran TTL (Through-The-Lens) untuk Exakta pada tahun 1943, dua dekade sebelum Topcon RE-Super (1963) merealisasikannya.

Sayangnya, desain revolusioner ini tidak pernah terwujud. Nüchterlein harus bertugas dalam Angkatan Darat Jerman selama Perang Dunia II dan kemudian dinyatakan hilang dalam tugas.

Produksi Ihagee sempat terhenti pada tahun 1940. Setelah perang, perusahaan melanjutkan produksi dengan berbagai versi terbaru, termasuk Exakta Varex (Exakta V di AS) yang pada tahun 1950 baru memperkenalkan pentaprism modern untuk pandangan setinggi mata.

Kine Exakta bahkan mengukir momen abadi di Hollywood. Dalam film thriller klasik Alfred Hitchcock tahun 1954, “Rear Window”, karakter yang diperankan oleh Jimmy Stewart, Jeff Jeffries, menggunakan kamera Exakta VX yang dipasangi lensa telefoto Kilfitt Fern-Kilar 400mm f/5.6.

Menariknya, nama “Exakta” ditutup dengan lakban hitam untuk menghindari pengiklanan merek atau pengakuan asal-usulnya dari Jerman Timur selama periode Perang Dingin (1947–1991).

BACA JUGA: Honor Magic8 Pro 5G Siap Meluncur: Kamera 200 MP dan Baterai 7200 mAh Jadi Andalan

Produksi Exakta berlanjut hingga tahun 1969, sebelum merek ini diserap oleh Pentacon dan menghilang tak lama kemudian, meninggalkan warisan sekitar 800.000 unit kamera yang telah dibuat.

Kisah Ihagee dan Kine Exakta tetap menjadi pengingat akan semangat inovasi yang meletakkan dasar bagi fotografi modern. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.