Tambang Batu Bara Sumsel Nyaris Lumpuh! Produksi Turun 50 Persen Akibat Jalan Khusus Belum Tersambung

oleh -31 Dilihat
Produksi batu bara di Sumatera Selatan anjlok drastis akibat belum tersambungnya jalan khusus tambang yang menjadi jalur utama distribusi. Pemerintah daerah kini dikejar waktu untuk mempercepat penyelesaian proyek demi memulihkan operasional perusahaan tambang di Muara Enim dan Lahat. (Gambar: Ilustrasi)

Ringkasan Berita:
° Aktivitas tambang batu bara di Sumatera Selatan, terutama di wilayah Muara Enim dan Lahat, hampir berhenti total selama tiga bulan terakhir.

° Ketua Asosiasi Batu Bara Sumsel, Andi Asmara, menyebut penyebab utama adalah belum tersambungnya jalan khusus angkutan batu bara.

° Kondisi ini membuat produksi turun lebih dari 50 persen dan banyak perusahaan berada di ambang krisis.


Palembang, LintangPos.com – Aktivitas tambang batu bara di Sumatera Selatan (Sumsel) dilaporkan hampir lumpuh dalam tiga bulan terakhir.

Ketua Asosiasi Batu Bara Sumsel, Andi Asmara, menyebut kondisi ini membuat banyak perusahaan tambang, khususnya di wilayah Muara Enim dan Lahat, berada dalam posisi kritis.

“Itu cost-nya besar sekali, nggak mungkin bertahan lama. Tiga bulan berhenti saja sudah kritis,” ujar Andi, Jumat (17/10/2025).

Mandeknya aktivitas tambang ini disebabkan belum tersambungnya jalan khusus angkutan batu bara yang menjadi jalur utama distribusi hasil tambang.

Saat ini, panjang jalan tersebut baru mencapai 120 kilometer, sementara target totalnya 150 kilometer agar seluruh tambang di lintas Muara Enim–Lahat bisa saling terhubung.

“Artinya semua tambang akan kita koneksikan. Dari Tanjung Enim–Muara Enim masuk ke tambang BAS milik Grup Titan, PT Bara Murti, eks tambang ABS, GGB, kemudian ke Banjar Sri Bumi atau C-Way RDP, sampai tembus ke jalan SLR,” jelasnya.

BACA JUGA: Tumpahan Batubara di Lahat, Bupati Turun Tangan, Perusahaan Disorot

Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan kini menjadikan proyek penyambungan jalan ini sebagai prioritas utama.

Wakil Gubernur Sumsel Cik Ujang telah memerintahkan percepatan pembangunan sesuai instruksi Gubernur Herman Deru, yang menekankan pentingnya jalan khusus untuk mengurai kemacetan dan meningkatkan keselamatan transportasi batu bara.

Namun, Andi mengakui proses di lapangan tidak berjalan mulus. Selain cuaca ekstrem yang terus basah sepanjang tahun, sejumlah jalur masih melintasi area tambang aktif yang membuat pengerjaan tidak bisa dilakukan maksimal.

“Hujan terus, istilahnya tahun ini kita tidak melihat matahari. Harusnya Mei sampai November itu panas, tapi ini malah hujan. Jadi pekerjaan di lapangan sulit, belum lagi ada fasilitas tambang yang harus kita jaga,” ujarnya.

Akibat keterlambatan koneksi jalan ini, angkutan batu bara dari Tanjung Enim dan Lahat praktis berhenti total.

Beberapa perusahaan besar seperti Grup Titan, yang juga mengoperasikan jalan SLR, ikut terdampak karena adanya pembangunan di jalur Duku.

BACA JUGA: Tiga Begal Sadis Palembang Dibekuk, Dua Ditembak karena Melawan Polisi

“Operasional dari Tanjung Enim sudah tiga bulan stop, dari Lahat juga. Jadi produksi batu bara Sumsel, khususnya Muara Enim dan Lahat, drop-nya besar sekali—lebih dari 50 persen,” tegas Andi.

Kondisi tersebut tidak hanya menekan perusahaan dari sisi finansial, tetapi juga berdampak pada tenaga kerja dan rantai pasok industri.

Banyak pekerja tambang terpaksa dirumahkan sementara karena aktivitas produksi belum bisa berjalan normal.

Karena itu, Andi berharap pemerintah dan pelaku usaha dapat segera menemukan win-win solution untuk mempercepat penyelesaian jalan khusus tambang batu bara ini.

“Kita belum bisa menggambarkan bentuk solusinya seperti apa, tapi koordinasi terus dilakukan. Mudah-mudahan sampai Januari nanti sudah terlihat hasilnya,” pungkasnya.

Jika proyek jalan khusus ini rampung, diharapkan seluruh tambang di jalur Muara Enim–Lahat bisa kembali beroperasi penuh dan mengembalikan kontribusi besar sektor batu bara terhadap perekonomian Sumatera Selatan. (*/red)

No More Posts Available.

No more pages to load.